Semua
terasa percuma saat tak bisa meresa kehadirannya. Orang yang telah perpisah,
namun kini harus kembali terpisah dengan waktu yang tak menentu. Malam serasa
ingin bertamu, suara adzan mahrib mulai terdengar. Teringat namaku yang disebut
dalam akhir hanyatnya. Satu setengah tahun kita bersama, rasa sayangmu begitu
besar.
Siang itu, sanak keluarga kembali
berkumpul. Bukan untuk melepas rindu, lantaran lama tak berjumpa yang terpisah
antar pulau. Tapi, panggilan dering telpon menandakan duka yang mendalam, ayah
dari ibunda sedang sakit keras. Batuk, sesak, penyakit karena usia.
Dalam kedaan yang seperti itu sempat
untuk berobat. Sering aku antarkannya kedokter spesialis. Namun, usaha tetaplah
usaha, Allah telah memilki rencana sendiri. ada yang lebih merinduan kakek kami
melebihi keluarganya. Yang tak bisa kulupakan, nama yang sering dicarinya
ketika ajal mulai mendekat. Terdakang, aku tak bisa menahan laju air mata ini,
ketika kumengingat atau bahkan mencerikatakan kisah ini.
***
Seminggu lamanya, beliau harus mengalami
perawatan inap diRS. Mimpinya yang dicertikakan kepada kami dalam sakitnya
membuat kami tak mampu menahan kesedihannya ini. tanda-tanda kesedihan itu
terlihat jelas mimpinya yang diceritakan kepada kami. Pada malam tertentu,
kakek bermimpi bertemu dengan sosok lelaki
yang tak dikenal.
“ Urusanku belum selesai, masih ada yang
ditunggu”, ucap kakek pada sosok yang tak dikenalnya itu. Kemudia lelaki itu
berpamitan untuk pergi. Saat itu, hanya ada nenek dan anak terakhirnya, masih
ada 8 anaknya yang lain belum datang. Bersambung.
0 komentar:
Posting Komentar