Laki-laki ini
lahir dengan latar belakang apa adanya dan dari keluarga yang serba terbatas.
Ia lahir pada 27 Desember 1993 di Bengkulu. Namanya Fauzan Miftakhudin,
keturunan jawa. Namun, dibesarkan ditanah Sumatra. Saat ini sedang menempuh
pendidikan di Universitas Islam Indonesia jurusan Teknik Industri. Dia di besarkan dibeberapa kota di palembang
termasuk tanah jawah hingga umur 5 tahun.
Baik itu mulai dari daerah klaten-jawa
tengah, Riau, Muba, OKI dan Bengkulu sebagai tempat kelahirannya, dan akhirnya
menetap sampai sekarang di OKI (Ogan Komering Ilir-Sumatra Selatan. Dan
sekarang sebagian besar saudara saya ada diklaten. Dia memiliki 1 adik perempuan
yang sekarang tahun 2014 duduk dibangku SMA tingkat 3 di palembang dan sedang
dipondokkan. Ia sendiri sempat memondok ketika sekolah MTS, tapi hanya satu
bulan. Itu gara-gara sepatunya hilang sebelah, tapi ga sampai ”nyawa yang
hilang”. hehe.
Karena hidup adalah pilihan anak
muda ini memilih jalan yang kebanyakkan orang tak melakukan. disaat yang lain
belajar buat ujian semeter ia memilih untuk tidur dan mengerjakan hal yang
lain. bukan berari ia seoarng yang malas, tapi sangatlah malah. hehe. Namun,
dibalik semua itu ada satu harapan yang besar bagi dirinya, ia ingin selalu
bisa mengerjakan sesuatu yang terbaik bagi orang lain, meski itu diluar
kemampuan dan perkiraanya, bahkan tak sempat ia pikirkan sebelumnya.
Ia bukanlah
seorang yang baik atau sholeh, bahkan ia tak lebih baik dibanding
rekan-rekannya. Buan bermaksud untuk merendah, tapi inilah kenyataanya. Jangan
pernah untuk tertipu dengan wajar kalem yang terpampang ini, yang terlihat itu
hanyalah cover. Emang benar sih agak imut, tapi jangan salah paham dulu,
lihatlah apa yang ada dirinya jangan yang ada pada keimutannya itu.
Bercanda yang
menghibur, itulah yang menjadi keseharianya. Meski ia sendiri tak bisa menjadi
penghibuar bagi dirinya. Karena ketika melihat orang tersenyum dan keberhasilan
akan dakwah itulah yang membuatnya bahagia. Bukan seyum dan ucapakan
terimakasih yang diinginkan, tapi jalanilah hidup ini dengan aturan islam yang
telah datang untuk seluruh manusia. Melihat semua berjalan sesuai hukum
Allah, sungguh itu menjadi kado terindah bagi hidupnya. Sebelum Ia dipanggil
pulang oleh sang Khaliq.
Jalan panjang
memanglah harus ditempuh. Bagiku, kesetiaan itu hanya menjadi hal yang tabu.
Karena aku telah lama dibesarkan dengan penuh kepalsuan atau diawali dengan
sebuah kebencian. Tak salah jika mereka menganggapku hidup dengan penuh kasih
sayang. Tapi, jika itu dibumbui dengan ras kebencian, maka apalah arti semua
kasih sayang itu?
Satu harap
baginya, kesunyian sungguh tempat menakutkan. Karena dengan situasi itu, hampir
semua impiannya musnah. Dan adalah masa-masa yang rawan untuk difikirkan lagi.
Lihat bagaimana orang berkasih sayang, berjalan bergandengan tanpa melihat
halal atau haram, sungguh itu sebuah penyikasaan.
Terimakasih
atas segala partisipasi, berjalan bertatap dengan penuh ramah dan kasih syang.
Mungkin suatu saat aku akan pulang dan tak sempat untuk berpamitan ataupun
meminta maaf kepada semua orang yang telah tertipu dengan wajah polos namun
sangat hina. Padahal tibuh ini tak lebih seperti orang yang hina, maksiat yang
masih sering dilakukan bahkan susah untuk dihindarkan. Maafkan sahabat, jika
suatu saat kita tak pernah untuk bisa bertatap. Aku menyanyangimu karena Allah.
Ini surat cinta yang menjadikanya termotivasi untuk memantaskan diri.
“Hai orang-orang yang
beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan
meneguhkan kedudukanmu.” (47:7)
0 komentar:
Posting Komentar