Yang lalu biar menjadi angin lalu, ia
tak akan pernah bisa menjadi benalu. Meski begitu sakit saat mengingat. Meski
susah untuk melupa, berat untuk meninggalkan. Canda tawa menjadi rasa iri untuk
kembali. Tapi satu tekat yang terus terpegang, dengan siapa dan untuk siapa
hidup ini.
Pagi itu, mahasiswa baru mulai melakukan
kegiatan kuliah. Entah bermula dari mana, ada seorang lelaki disampingku, mengjakaku
untuk mencan dan tertawa, serasa telah mengenal sebelumnya. Wajahnya tak terlalu
buruk, penampilan sederhana dan sedikit berjengot.
Sahabat, kenalkan, ini kisahku diawal mula
aku belajar islam. Penuh perih dan perjuangan. Air mata sudah sering
terluapkan, sandiwara meruntuhkan dakwah menjadi hal yang biasa. Aku dan
kisahku, begitu iman yang kuat dan kesabaran harus tetap menghujam dalam hati.
Singkat cerita, aku sedikit banyak
belajar islam dengan nya. tentunya dengan gaya kami, mahasiswa lugu, masih
banyak canda disela-sela diskusi kita. Lebih jauh, akupun dikenalkan dengan teman
yang telah lama berjuang bersama. (untuk
menaklukan egoku, hihihi). Besambung
0 komentar:
Posting Komentar