Hidup ini penuh pilihan. Ada yang ini dan itu. Ada
yang baik dan ada yang buruk. Sebagai manusia akan sangat wajar jika
menginginkan yang baik bagi dirinya. tak menafikkan apa pun itu. Dari mulai ia
terbangun dari bangunya, apakah ia merasa lebih baik langsung mengambil air
wudhu ataukah mencari mengecek handphnenya. Apakah langsung menuju masjid
ataukan bemalas-malasan dikamar.
Semua itu tergantung dari apa yang
dikehendaki, tergantung mana yang lebih disukai atau yang dianggap penting bagi
dirinya. Mungkin akan lebih bagik jika dipagi hari untuk segera mengabil air
wudhu dan bergegas sholat berjamah. Itu bagi mereka yang memahi penting nya
sholat shubuh dimasjid.
Namun, bagi mereka yang belum memahi semua itu dengan baik, alih-alih untuk bangun sholat berjamaah, bangun pagi saja masih terasa berat untuk dilakukan.
Namun, bagi mereka yang belum memahi semua itu dengan baik, alih-alih untuk bangun sholat berjamaah, bangun pagi saja masih terasa berat untuk dilakukan.
Inilah yang menjadi sebuah kebiasaan
yang sampai kapanpun akan mengakar dalam dirinya. Hal itu muncul tergantung
dari pemahaman. Dari pilihan di jalaninya pastilah mereka mengganggap itu yang
terbaik untuk dirinya. Baik untuk kebaikan jasmani atau untuk rohaninya. Cara
pandang sepertilah yang membentuk pemikiran yang nanti menghasilkan sebuah
aktivitas. Tergantung pada manfaat apa yang hendak dicapai dari aktivitas yang
dilakukan.
Jika setiap muslim melandaskan segala
aktvitasnya tergantung dari manfaat yang hendak dicapainya, maka sangat wajar
kelak mereka akan kehilangan jati dirinya sebagai umat muslim yang berpegang
teguh pada al-qur’an dan sunnah.
Mengapa? Karena sejatinya, sebagai musim
standar hidupnya bukannlah berdasar manfaat. Artinya setiap apa yang hendak
dilakukan harus dilihat dulu, apa yang nantinya didapat dari kegiatan yang
dilakukan. Baik untuk dirinya ataupun untuk kebanykan orang. Para berfikir
semacam ini bukan berasal dari ajaran islam. Karena segala aktvitas yang
dilandasan pada manfaat adalah hasil dari pemikiran barat. Karena padanganya hanya
berdasar pada nilai materi.
Oleh karena itu, padangan ini tidak akan
menemukan adanya nilai kemanusiaan, nilai akhlak dan nilai rohani. Aktivitas yang dilakukan yang bernilai akhlak
mengikuti pandangan mereka, tentunya berdasar manfaat yang dihasilkan dari yang
terlah diperbuatnya. Jika seperti ini, maka sudah selayaknya umat islam untuk
meninggalkan aktivitas yang hanya dilandskan pada asas manfaaf, yang tergantung
dengan materi apa yang hendak didapat.
Bagi setiap muslim hendaklah menjadikan
segala aktivtas itu berdasar kesadaran dirinya akan ridha Allah setiap waktu. Hanya
melakukan apa saja yang menjadi perintahNya dan menjauhkan diri dari segala
bentuk aktivitas yang dilarang oleh Allah. Sehingga selaganya hanya berdasar
keiman yang telah dibentuk, sehingga ia membenarkan segala sesuatu berdasarkan
Syari’at yang diturunkan.
Dengan demikian, apabila kita menemui
seorang muslim yang masih kokoh berasaskan manfaat untuk setiap aktivitasnya,
makaitu semua bukan berasal dari ajaran islam. Karena islam hanya mengajarkan
pada pemeluknya agar panuh dengan apa saja yang telah diperintahkan. Tanpa melihat
lagi maanfaat atau keuntungan yang didapat dari dari aktvitasnya. Karena
Allahlah yang lebih tau mana yang terbaik untuk ciptaanya.
Asas maanfaat dan asas syari’at ini
sangat bertentangan. Baik dari asala mulanya terbentuk maupun dari konsepnya
sendiri. konsep maanfat hanya dilandas pada materi semata. Sedang dalam islam menggabungkan
materi dan ruh, yatu menjadikan semua perbuatan manusia berjalan sesui dengan
perintah Allah dan laranganNya.
Sehingga, hidup ini tak lagi hanya
mementingkan masalh dunia, namun akhirat juga menjadi prioritas utama dalam
kesehariannya. Semua ini telah terjadi melaui proses yang cukup panjang, yang
mana ummat ini telah mengunakan faham yang besifat manfaat. Melalui pemikiran
barat yang sudah menyebar dikalangan mulsim. Yang sejatinya mereka telah
memasukkan pemikiran barat ini tidak lain hanya menginginkan kehancuran bagi
umat islam.
to be next
0 komentar:
Posting Komentar