uzan

uzan


Laron kecil yang berterbangan. Sungguh lama penantian mu untuk cepat hinggap ke cahaya yang terang. Setelah sekian lama merasa gelap disarang bawah tanah, menyatu dengan gencanan bumi. Kini engkau telah terbang bebas dengan sayap sempurna disisimu. Membuat engkau berkuasa untuk menerbangkan tubuh mungil itu. Bermodalkan perut kenyang untuk mencari keseangan di cahaya yang terang.
Padamkan lampu untuk sejenak menguris padangan yang  tak sedap bagi manusia.
Akan adanya hewan berjenis serangga besayap panjang.  Tanpa bekal untuk dimakan, namun siap untuk menjadi santapan cicak yag lapar. Semalam kemarin yang tak kunjung datang, yang membuat risau si cicak yang malang.
Namun, senang bukan kepalang akan hujan yang datang. Membasahi tanah dan segala yang didalamnya, akan segan untuk berlama didalamnya akan segala hewan yang bersarang didalamnya. Inilah siklus kehidupan seekor hewan laron yang malang. Hanya semalam engkau bersemayam dalam padangan malam ini. Hingga bertabur sayang-sayang yang indah berbekaskan sebuah sampah serampangan dipagi hari menjelang.
Hey kawan. Bukan bermaksud untuk membuat bingung dengan tiga paragraph diatas. Namun, haya ingin berbagi tetang siklus hidup sebuah makhluk yang sejatinya penciptanya juga sama dengan pencipta kita. Setiap makhluk memiliki siklusnya hidupnya sendiri. Dari mulai awal dan akhir, bagaimana untuk bertahan hidup dan mmpersiakan kematian, yang pasti ditemui.
Namun, bagi setiap mahkluk hidup bukan itu yang menjadi perhatiannya. Karena semua nya sudah digariskan masing-masing bagi setiap bentuk ciptaan. Yang paling utama adalah bagimana mereka (ciptaan itu) mampu memberika yang terbaik bagi kehidupannya seperti apa yang sudah ditetapkan penciptaanya. Sesuai dengan ketentuan yang sudah ditetapkan oleh sang pencipta.
Bagi manusia jelas, mereka diciptakan tidak lain hanya untuk menyebah kepada Allah SWT. Dengan tunduk dan patuh atas semua yang diperintahkan kepada mereka. Kita paham semua perintah dan larangan sudah sempurna dalam Al-qur’an. Petunjuk bagi manusia, menuntunya didunia yang dengan arah kegelapan. Mulai dari hal yang terkecil hingga masalah yang besar. Dari level individu hingga pada tatan kenegaraan.
Namun, jikan manusia tidak bisa memahami kesempurnaan itu semua maka akan mudah terjebak dalam tipu daya dunia yang senantiasa menghantui, menjerat manusia dalam lembah kesengasaraan, dengan kesenangan dunia yang menyilaukan dipandangan mata setiap muslim.
Menerjang kehidupan tanpa pedoman bagaikan berjalan ditengah malam tanpa cahaya penerang. Tak terlihat lagi mana jalan untuk mengarah kekanan ataupun kekiri. Lagi terlihat mana yang benar dan salah. Yang terlihat hanya kebiasaan kebanyakan manusia melakukan perbuatan yang dibenarkan oleh yang lain.
Inilah hidup seperti layak nya laron yang berterbangan dimalam hari, untuk mencari kesenangan di cahaya terang benerang. Yang nantinya akan kembali pada gumpalan tanah yang menjadi sarang dan asal mula kehidupan.
Hanya sebentar dan tak membutuhkan waktu yang lama untuk bersenang-senang, keluar dari dinginnya tanah yang terguyur air hujan. Setelah sekian lama dengan keadaan yang kering kerontan, yang diakhir kehidupannya hanya ditinggal hanya sepasang sayap tanpa. Yang siap tersapu oleh mansia, tanpa guna. Tak berharga, karena itu hanya sementara.
Jadi, apa yang harus kita utama dalam hidup ini kalau bukan untuk menyiakan kehidupan setelahnya? Hanya mencari kesenangan sesaat dengan gemerlapnya cahaya dunia. Mengganggap sepele sesuatu yang bersifat kekal. Inilah kehidupan dunia yang didalamnya hanya akan ada persiapan untuk melanjutkan kehidupan yang sebenarnya. Bagi orang-orang yang memahami. Untuk meninggalkan sedikit kesenangan yang telah terpampang dimata manusia.
Bersabar wahai kawan. Kesenangan dan kesengsaraan didunia ini pasti akan berakhir. Cepat atau lambat pasti akan terganti dengan kehidupan yang abadi. Sehingga  seharusnya akhirat inilah yang menjadi misi utama bagi setiap manusia. Karena impianitu tak terjangkau oleh mata telanjang tanpa iman, maka akal dan keimana inilah yang akan membuktikannya. Allahu Rabbi tujuan hidup kamu, tanah tempah jasad kami di kuburkan. Kain putih selimutku dihimpitan bumi. Kepastian ini yang bisa membuat resah akan bagiamana nasib diawal kehidupan yang abadi itu.


0 komentar:

Posting Komentar

 
Fauzan MIftakhudin © 2013. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top