Laron
kecil yang berterbangan. Sungguh lama penantian mu untuk cepat hinggap ke cahaya
yang terang. Setelah sekian lama merasa gelap disarang bawah tanah, menyatu
dengan gencanan bumi. Kini engkau telah terbang bebas dengan sayap sempurna
disisimu. Membuat engkau berkuasa untuk menerbangkan tubuh mungil itu.
Bermodalkan perut kenyang untuk mencari keseangan di cahaya yang terang.
Padamkan
lampu untuk sejenak menguris padangan yang
tak sedap bagi manusia.
Akan adanya hewan berjenis serangga besayap
panjang. Tanpa bekal untuk dimakan,
namun siap untuk menjadi santapan cicak yag lapar. Semalam kemarin yang tak
kunjung datang, yang membuat risau si cicak yang malang.
Namun,
senang bukan kepalang akan hujan yang datang. Membasahi tanah dan segala yang
didalamnya, akan segan untuk berlama didalamnya akan segala hewan yang
bersarang didalamnya. Inilah siklus kehidupan seekor hewan laron yang malang.
Hanya semalam engkau bersemayam dalam padangan malam ini. Hingga bertabur
sayang-sayang yang indah berbekaskan sebuah sampah serampangan dipagi hari
menjelang.
Hey
kawan. Bukan bermaksud untuk membuat bingung dengan tiga paragraph diatas.
Namun, haya ingin berbagi tetang siklus hidup sebuah makhluk yang sejatinya
penciptanya juga sama dengan pencipta kita. Setiap makhluk memiliki siklusnya
hidupnya sendiri. Dari mulai awal dan akhir, bagaimana untuk bertahan hidup dan
mmpersiakan kematian, yang pasti ditemui.
Namun,
bagi setiap mahkluk hidup bukan itu yang menjadi perhatiannya. Karena semua nya
sudah digariskan masing-masing bagi setiap bentuk ciptaan. Yang paling utama
adalah bagimana mereka (ciptaan itu) mampu memberika yang terbaik bagi
kehidupannya seperti apa yang sudah ditetapkan penciptaanya. Sesuai dengan
ketentuan yang sudah ditetapkan oleh sang pencipta.
Bagi
manusia jelas, mereka diciptakan tidak lain hanya untuk menyebah kepada Allah
SWT. Dengan tunduk dan patuh atas semua yang diperintahkan kepada mereka. Kita paham
semua perintah dan larangan sudah sempurna dalam Al-qur’an. Petunjuk bagi
manusia, menuntunya didunia yang dengan arah kegelapan. Mulai dari hal yang
terkecil hingga masalah yang besar. Dari level individu hingga pada tatan
kenegaraan.
Namun,
jikan manusia tidak bisa memahami kesempurnaan itu semua maka akan mudah
terjebak dalam tipu daya dunia yang senantiasa menghantui, menjerat manusia dalam
lembah kesengasaraan, dengan kesenangan dunia yang menyilaukan dipandangan mata
setiap muslim.
Menerjang
kehidupan tanpa pedoman bagaikan berjalan ditengah malam tanpa cahaya penerang.
Tak terlihat lagi mana jalan untuk mengarah kekanan ataupun kekiri. Lagi terlihat
mana yang benar dan salah. Yang terlihat hanya kebiasaan kebanyakan manusia
melakukan perbuatan yang dibenarkan oleh yang lain.
Inilah
hidup seperti layak nya laron yang berterbangan dimalam hari, untuk mencari
kesenangan di cahaya terang benerang. Yang nantinya akan kembali pada gumpalan
tanah yang menjadi sarang dan asal mula kehidupan.
Hanya
sebentar dan tak membutuhkan waktu yang lama untuk bersenang-senang, keluar
dari dinginnya tanah yang terguyur air hujan. Setelah sekian lama dengan
keadaan yang kering kerontan, yang diakhir kehidupannya hanya ditinggal hanya
sepasang sayap tanpa. Yang siap tersapu oleh mansia, tanpa guna. Tak berharga,
karena itu hanya sementara.
Jadi,
apa yang harus kita utama dalam hidup ini kalau bukan untuk menyiakan kehidupan
setelahnya? Hanya mencari kesenangan sesaat dengan gemerlapnya cahaya dunia. Mengganggap
sepele sesuatu yang bersifat kekal. Inilah kehidupan dunia yang didalamnya
hanya akan ada persiapan untuk melanjutkan kehidupan yang sebenarnya. Bagi orang-orang
yang memahami. Untuk meninggalkan sedikit kesenangan yang telah terpampang
dimata manusia.
Bersabar
wahai kawan. Kesenangan dan kesengsaraan didunia ini pasti akan berakhir. Cepat
atau lambat pasti akan terganti dengan kehidupan yang abadi. Sehingga seharusnya akhirat inilah yang menjadi misi
utama bagi setiap manusia. Karena impianitu tak terjangkau oleh mata telanjang
tanpa iman, maka akal dan keimana inilah yang akan membuktikannya. Allahu Rabbi
tujuan hidup kamu, tanah tempah jasad kami di kuburkan. Kain putih selimutku
dihimpitan bumi. Kepastian ini yang bisa membuat resah akan bagiamana nasib
diawal kehidupan yang abadi itu.
0 komentar:
Posting Komentar