uzan

uzan



Jalanku bukan jalanmu. Meski tujuan dan asal mula kita sama. Dari rahim dan pendidikan yang memadai. Dari kecil hingga besar saat ini, mendapat kasih sayang yang berlebih. Curahan kasih sayang yang tak bisa terhapus dengan banyaknya kesenangan didunia ini. Inilah kita masing-masing yang memiliki misi yang berbeda. Meski memliki bentuk yang sama. Hanya dalam mimpi ku semua kesamaan kita tidak memiliki beda. Tapi rasanya kesemuan itu membawaku pada jalan yang kebanyakan orang telah terlena dipilihanya.
Islam ku pun juga seperti apa yang kalian sadari. Allah yang sama,
Rasul yang sama, kitab yang sama pula. Bahkan kita juga menyakini adanya surg dan neraka di dalam benak. Lalu mengapa harus mengikuti arus pemaham yang saat ini menjauhkan Islam yang kita pahami ini dari ranah kehidupan. Kenapa harus ada yang menghardik yang memangkas ajaran islam yang telah diperjuangakan sekuat tenaga. Waktu, harta, tahta atau bahkan nyawapun siap dikorbankan demi cahaya yang suci ini.
Lantas, ada sekat untuk diantara kta untuk lebih jauh memahami ajaran islam, yang dulu nya begitu luar biasa mampu mengatur segala permasalahan kehidupan. Namun, harus dipahami semata hanya dalam ranah ibadah ritual. Mirik ketika islam dipotong-potong agar dunia tak hilng di hatinya.
Jalanku tak seperti mereka yang meletakkan islam hanya pada masjid dan ibadah saja. yang kutentang adalah segala bentuk permasalahan hidup yang bertentangan dengan syari’at islam. Baik itu dalam hal jual beli, menuntuk ilmu, social hingga pada level kenegaraan. Tidak pantas lagi beredar yang bernama jasa perbankan jika hendak bebisni tanpa dosa dan riba.
Yang di benci haruslah bagaimana pergaulan remaja saat ini yang tak memperhatikan syari’at diinteraksi  dengan lain jenis. Islam tak cukup mengatur kewajiban menutup aurat. Tapi juga mengatur muslimah bagaiman menjalin hubungan dengan laki-laki yang bukan mahramnya. Tidak sepetti sekarang yang bebas sesukanya bergandengan tangan. Layaknya suami istri. Ini yang menjadi raa perih melihat para remaja saat ini. free sex sudah dianggap biasa dikalngan mereka.
Jalanku bukan sepert mereka yang meletakkan hawa nafsu diatas segalanya. Tapi, ku coba untuk menjaga diri tak terjun dalam aktivitas yang bernama pacaran. Tak peduli jika nanti ada yang mengatakan tak normal atau dianggap tak laku. Lantaran tak memiliki pasangan untuk diajak kesana kemari. Dimasa muda yang penuh liku akan cinta, ketabuannya akan pengertian cinta telah mengaburkan jati dirinya dari manusia hingga binatang. Karena apa yang dilakukannya tak lagi mengedepankan akal, lantaran hawa nafsu telah jadi penuntun segala aktvitasnya.
Jalaknku bukan seperti mereka. Yang lebih mengutakan suara mayoritas dalam mencapai kebenaran. Padahal Allah SWT telah mengingatkan, bahwa kenyakan orang hanya akan membawa kepada kesesatan. Yang lebih pasti akan mejauhkan pada kebenaran. Seperti itulah yang sisitem yang diterapkan saat ini tengah menjadi kiblat bagi muslim yang kurang memahami bagiamana islam mengatur segalanya.
Jalanku bertentangan dari kebnyakan orang disekitarku. Ketika mereka berjuang mati-matian demi demokrasi, justru jalur arus balik yang menjadi garis perjuangan. Yang kaim lawan bukan segelintir orang yang telah menganggap hal ini konyol dan mustahil. Apalagi mengatakan bahwa sistem pemerintahan islam yang bernama khilafah itu utopis. Sekarang jaman udah berubah, demokrasilah yang layak paterapkan dalam aturan kenegaraan. Itulah blasan dari mereka yang begitu fanatiknya dengan demokrasi dan mulai mencaci ajaran islam.
Jalanku tak seperti mereka yang dengan bangga mengakungkan tokoh presidenya. Ialah penyelamat Indonesia, dengan bekerjasama dengan pihak asinbg, amerka misalnya. Tapi, bukan menurut yang kami lihat. Merekalah para ulil amri bagi umat muslim menurut pada kebanykan orang. Tapi bukan seperti yang ada sesunggunya. Yang merek agungkan itu tak lebih sebgaia perampok yang tak punya harga diri dan rasa malu. Dengan bangganya mengobral Indonesia ke investor asing. Layakknya jajanan dipasar.
Jalanku tak seperti mereka. Ketika yang lain berjuang, bersuka ria menghabiskan masa studinya hingga level tinggi. Namun, nyata semua itu tak lagi menjadi jaminan orang akan sukses. Karena sistem pendidikan pun telah dicampuri pemahan akn sekulerisme dan liberalisme. Tanpa harus ada agenda khusus untuk mengaji islam dan mendakwahkanya. Bukan hanya mementingkan masalah pribadi, tapi umat Muhammadlah yang menjadi beban pikiran yang utama. Mendakwahkan islam adalah agenda utama dan study dikampus yang menjadi selinganya. Karena tanpa berdakwah diri ini layaknya sampah yang menyombongkan dirinya. padahal ia begitu tak berguna dan berharga.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Fauzan MIftakhudin © 2013. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top