Mengenaskan
bila saat ini aku melihat kondisi sekitar. Aku berada pada sebuah lingkungan
yang tak menudungku untuk kembali mengujani hari-hari dengan syari’at Allah. Mampu
berdakwah seluas aku suka.menyampaikan ini yang haq dan inilah yag batil. Demi mengurangi
sebuah pemikiran barat yang bercokol dalam ummat ini.
Aku memang berasal dari coerak hidup dan pendidikan yang sekuler. Mengedepankan asas manfaat dan mengedepankan kepentingan individu ketimbang yang lain. Aku di ajarkan agar tak ikutkan dalam aktvitas dakwah dikampus. Seperti nya aku akan dicetak hanya menjadi orang yang apatis akan lingkungan sekitar. Sedang aku begitu merindukan kehidupan islam yang amat indah. Merasakan syiar-syiar islam disetiap. Dari masa kemasa demi tercipta sebuah generasi yang unggul.
Ini
curhatku ketika ku coba kenalkan apa yang kupahami dari pengkajianku akan
islam.
Yang nikmat sangat luar biasa itu baru sekedar memahami konsep belum
merasakan langsung bagaiman merasakan di kehidupan nyata. Dan akupun nyakin
ajaran islam tak hanya konsepsi belaka, tanpa realitas yang bisa terasa.
Miris,
ketika kuterima tanggapan mengenai syarat pempimpin adalah muslim. Telah bisa
terlihat bahwa saat ini DKI sedang dipimpin oleh orang kafir (non muslim). Namun,
apa yang ku dapat mengenai hal ini sungguh sangat mengejutkan ketika beliau
mengatakan “dari pada pemimpin islam tapi maling, mending orang kafir”. Jed
der,
Aku
rasa aku sedang berbicara dengan orang yang telah lama mengecam pendidikan
pesantren selam 7 tahun. Tapi teryata ia layaknya ga layak dikatakan orang
berilmu. Ini sudah kelewatan, ketika Ia tak lagi melihat syari’ah Allah sebagai
pandangan hidup. Hanya berkecipung didunia ibdah semata. Bukankan masih banyak
ancaman Allah diluar itu semua?
Ajarkan
aku untuk memenuhi yang haq. Bukan hanya sekedar kepuasan indivitu yang menjadi
target utama ini. Aku dan kamu adalah muslim dengan ikatan aqidah yang sama. Semat
hanya ingin surga yang sama pula.
Aku
merindu ketika aku diajakan tentang agama. Kamu katakan ini haram dan aku harus
segera tinggalkan. Keinginan yang kurapa dari sebuah keluarga ini untuk
menepatkan agama sebagai nasihat. Bukan ilmu hafalan ini dan itu untuk
melakukan ini dan itu. Fine, kelamahan ku adalah intuk mengahafal, tapi syari’at
Allah bukan untuk dihafal tapi untuk diterapkan diseluruh aspek kehidupan.
Ketika
fungsi agama diganti dengan masalah sholat dan puasa. Miris, sesempit itu kah
islam ketika aku mengatakan ummat ini haram hukumnya ketika dipimpin oleh orang
kafir, kemudian kamu menolaknya. Bahkan kamu mengecapku sebagai iblis modern.
Sungguh
saudaraku, tak mengapa jika diriku yang menjadi cacia disela sela waktu
sibuknya. Karena memang aku ini manusia hina yang masih fakir akan pengetahuan
islam. Tapi, sakit itu terasa ketika kamu jual islam ini untuk kepenting dunia.
Meletakkan semua aktivitas diatas manfaat yang hendak kamu perbuat.
Aku
paham, lisan ini hanya keluar kata-kata bijak. Namun, dibalik itu semua masih
ada kemunafikan yang besar. Semua aku rasakan, tapi tolong rasakan juga
bagaimana ummat ini yang masih jauh akan mengenal islam. Hanya ingin
memantaskan diri untuk sesuai dengan kewajibanku, sehingga tak perku dihardik
dengan ucapan ini dan itu.
Potret
kehidupan yang amat mengenaskan, ketika aku batasi untuk belajar islam ala
kadarnya aja, yang umum-umum sajalah. Hey, yang paling aku sayangi adalah kalian
keluarga ku, yang menjadikan aku betumpu diatas semangatku. Mengapa harus ada
pembatan semacam ini. adakan niat untuk mencetak diriku sebagai orang yang
apatis, masa bodo dengan lalu lalang kemaksiatan dan derita ummat. Tak pantaskan
aku mengambil jalan ini, padalah ini sudah diwajibkan atasku oleh pencipta Alam
kehidupan.
Miris
itu ketika, harus kupaksa mengikuti mereka dengan kehidupa yang monoton seperti
ini. Membiarkan apa yang sudah terlanjur terjadi dilingkunganku. Dan kubiarkan
mata dan bagian tubuhku yang lainnya terbasahi lumpur-lumpur kemaksiatan,
karena diamku. Namun, sekali-kali tidak. Aku sedikit pun tidak akan berpaling
dijalan dakwah ini, karena ini akan membawaku pada kondisi ummat yang terbaik. Yang
pernah diahirkan oleh manusia, dengan selalu melakukan amar ma’ruf nahi
mungkar. Aku tidak akan takut jika aku harus kehilangan keluargaku, jika jalan
ini adalah sesuai dengan yang diperintahkan oleh Allah dan Rasullnya.
Allahuakbar.
Dari saudara mu : Fauzan Miftakhudin
0 komentar:
Posting Komentar