Dunia
memang cepat berkembang, perkembangan tak bisa dihindari. Rasabya tidak
bisa membedakan mana yang benar dan
salah. Karena standar baik buruk telah diganti dengan asas manfaat.. Entah
mereka menyengaja atau karena kurang paham akan aturan dalam agamanya. Sehingga
stadar halal dan haram yang sudah ditetapkan oleh Allah sudah tak berguna lagi.
Beberapa minggu yang lalau, kita telah melewati bagaimana pergantian tahun baru terjadi. Yang setiap tahun teru berulang. Namun, sayangnya semua terjadi tanpa meneliti manfaat lebih dalam apa yang terkandung didalamnya. Lebih lagi untuk ummat muslim, seharusnya sudah bisa bersikap. Terlebih ajaran islam telah lengkap untuk seluruh perkara.
Anggapan
mereka dunia telah berubah, islam tak layak lagi untuk menjadi pedoman, karena
islam hanya pantas untuk jaman dulu, jamanya nenek moyang, jaman kuno. Disamping itu, muslim juga sangat
jauh dengan ajaran agamnya. Bagi siapa yang masih “beragamawan” itulah manusai
kuno.
Agama
islam yang telah jauh urusan manusia sehingga mampu mencapai puncak kejayaan
hingga sampai sekarang belum ada yang mampu menandingi. Semua itu terjadi,
karena ummat islam dahulu benar bisa memahami islam, bagaimana keseharian
mereka harus sesuai dengan tuntunan islam.
Namun,
sangat disayangkan untuk ummat isam masa kini, yang mampu memahi islam dalam
bidang ibadah ritual saja. Selain itu, mereka mengganggap islam tak boleh mengatur
urusan yang lain selain ibadah: seperti
politik, social, pendidikan, ekonomi dan segala macam urusan manusia.
Maka,
kemuliaan islam hanya didapat ketika ia diterapakan seabagi aturan bagi
manusia. Bukan dipilah-pilah sesuai yang dikehendaki manusia. Wajar jika islam
telihat kejam karebna mereka hanya memandaang bagaimana hukum rajam bagi
pezina. Mereka tidak melihat bagaiaman indahnya islam mengatur manusia dalam
interaksi lain jenis.
Mereka
lupa bagaimana kemuliaan manusia bisa dilihat bagaimana ia bisa menjaga diri
agar tak mudah dibilang “murahan”, tentunya mampu meninggikan kemuliaannya jika
seorang manusai mampu mengharga dirikan dirinya sesuai dengan kualitas ada.
Katakan
saja ketika kita menjumpai makanan yang dipinggir jalan seperti gorengan. Lihat
bagaimana makanan tersebut yang ditelakan begitu saja tanpa harus disusun rapi
karena semua nya sama, dalam satu penggorengan. Tak perlu memakai bungkus yang
rapi dan bungkus yang menarik, toh nanti juga bakan diobrak abrik sama pembeli.
Satu di icip kalau ga enak yang tinggal ditaruh lagi. Harga nya pun sangar
terjangkau.
Badingkan
dengan makan yang ada didalam toko dimana seluruh makan didalamnya dibingkis
dengan kotak yang indah, terjaga dari sumber kotoran yang mengurangi
kualitasnya. Selanjutnya tak sembarang orang akan mudah mencicipi, kecuali ia
telah membelinya. Tentu harganya tak sama dengan gorengan yang ada dipinggir jalan.
Lebih dari itu, hanya orang plihan saja yang mampu membelinya.
Islam adalah agama yang sempurna dan
paripurna karena ajarannya berasal dari dzat yang maha sempurna. Maka, kita
seharusnya mampu menerapkan islam sesuai porsinnya, adil gitu loohhh. .
hhihihihi
Adil
itu kebailkan dari dzalim. Adil itu menepatkan sesuatu pada tempatnya,
menggunakan sesuatu sesuai fungsinya. Maka, untuk gunakan juga ayat-ayat
al-qur'an sesuai fungsinya. Kalau mau bhs masalah sholat ya pakainya ayat-ayat
tentang sholat. Jangan pakai ayat-ayat tentang puasa, itu namanya dzalim.
Karena salah tempat untuk menggunakan ayat dalam suatu perkara.
Begitupula
untuk masalah ekonomi, politik, budaya, pendidikan ataupun yang lain. Gunakan
ayat sesuai dengan masalah yg ada. Itu baru nyambung. Selamanya islam g bisa
menyelesaikan masalah politik, jika ayat-ayat yg dgunakan tentang puasa dan
zakat. Islam punya cara-cara sendiri untuk menyelsaikan seluruh masalah ummat
manusia. Asalkan ayat dan nas yg dipakai sesuai dengan masalah yang ada.
0 komentar:
Posting Komentar