Indah,
sejuknya malam sungguh menenangkan hati ini. Hati yang telah lama rapuh karena
jauh dari belaian dari sang kekasih hati. Ia yang sudah lama tak mendapati sentuhan
dari yang maha pencinta. Allahu Rabbi, sang pemilik cinta sejati itu, tak ada
yang patut untuk menggantikan kedudakan cinta dihati kita.
Seiring
perjalananya, cinta itu tentu berjalan dengan apa yang dikehendaki. Tak hayal
jika jalanya pun harus ditempuh dengan rekayasa akan pernak-pernik kehidupan.
Jalanya yang seakan menyekiankan kepentingan atas dasar sebuah kepatuhan akan
iman yang ada dalam dirinya.
Ya,
memang harus begitu. Sikap seorang muslim yang taat dan mengerti tetang
kepatuhanya terhadap iman yang telah terbetuk menjadi sebuah pemahaman. Dengan
dasar ketaqwaanlah ia mampu berjalan dengan sebuah rasa kebutuhan akan sanga
pencipta. Yang akan menenangkanya saat kegundahan datang, yang akan
meyakinkanya saat datang sebuah kebimbangan. Itulah cinta yang awalnya adalah
sebuah kata yang mengikatkan ia pada sang pencipta.
Sangat
manusiawi bagi setiap manusia akan patuh dengan apa yang dia suka. Tanpa
dipaksa dari sosok yang kita cintai pun kita sudah mengerti apa yang harus
dilakukan. Yang harus dipahami sebelumnya adalah cinta bukanlah alat untuk
memaksa seseorang untuk melalukan sesuatu hal untuk seseorang yang dicintainya.
Tapi, tanpa semua itu seharusnya ia sudah bisa memahami bagaiman berbuat untuk
menyenangkan hati seseorang yang dicintai. Kata cinta ialah sebuah kata yang
akan mengikatkan pada sebuah ketaqwaan dari seseorang untuk memahami apa yang
akan dilakukannya.
Cinta
tak akan bisa dipaksakan terhadap manusia, meskipun akan terbentuk dengan
sedirinya dari sebuh pemahan dan kebiasaan. Karena sebuah kepatuh dari cinta
itu akan muncul dari pemahamnya. Dari pemikiran
yang terbentuk dari apa yang dia indra. Tak salah jika awal nya pula ia
membutuhkan sebuah pemikiran tertentu dalam menggapainya. Tentu nya semua
perilaku setiap orang akan tergantung dari apa yang dipikirkannya, hingga
muncul sebuah kepatuhan itu sendiri.
Katakan
semua itu adalah awal untuk melanjutkan apa dan bagaimana ia memahami tentang
apa yang telah ia dapat. Kepercayaan, itulah yang akan membawa dalam perilaku
yang terbentuk. Melakukan apa yang dikehendaki dari apa yang dia percayai itu.
Katakan kepercayaan itu adalah kepada sang pencipta, Allahu Rabbi. Sudah pasti
ketika ada sebuah perintah, maka ia berlomba untuk mengamalakannya. Karena ia
menyadari itulah cinta yang berhasil ia bentuk dari pemahamannya.
Dalam
kisah cintapun seharusnya seperti itu. Namun, sangat diperlukan kepada siapa
kita menepatkan puncak cinta tertinggi yang kita miliki. Inilah yang menentukan
seperti apa jalan sebuah percintaan selanjutnya. Ketika pilihan penepatan cinta
tertinggi itu tak sesuai, maka yang akan mencul akan kerusakan dan kehancurann
bagi dirinya.
Dalam
konteks umum, kita harus menyadari siapa kita dan untuk apa kita disini yang
berujungkan hendak kemana kata setelah ini. Maka jawaban bagi seorang muslim adalah
dari sang pencipta (Allah) untuk melakukan apa yang dikehendaki sang pencipta
(Allah) karena kelak kita akan kembali kepadaNya (Allah).
Cinta
yang timbul bukanlah karena sebuah perintah yang memang akhirnya muncul sebagai
perintah. Namun, dari apa yang telah kita terima. Allah sebagai sang pencipta
tentunya yang lebih tau tentang apa yang di ciptakanNya. Dari apa yang
dibutukan hingga akan seperti apa nantinya yang ia perbuat. Oleh karenya
diturunkan pula berupa petunjuk untuk manusia dalam menjalani kehidupannya.
Dari
situlah kita mamahami bahwa kitalah yang membutuhkan aturan dari Allah, karena
kita menyadari kelemahan kita dalam memahami apa yang terjadi dalam diri.
Petunjuk
yang tersusun dari perintah, yang mengharuskan kita untuk melalukan ini dan
itu. Juga berupa larangan untuk tidak melakukan ini dan itu. Itulah yang
menjadi pedoman bagi manusia untuk menjalankan apa yang sudah diturukan yang
sudah tertulis dalam Al-qur’an. Hingga terbentuklah sebuah kepatuhan dari
sebuah cinta yang lahir dalam diri seorang manusia.
0 komentar:
Posting Komentar