Dalam
kesendirian aku terus berdiam sesaat itu. sendiri aku menatapi tetesan air
hujan, sendiri pula aku seakan menemani kurungnya sisa waktu dalam hari ku.
gemuruh agin tlah menampakkan dirinya. seakan keluar dalam persembunyian. saat
dimana seketika itu ia terpa berbagai macam lalu lalang yang dilintasi nya.
seakan ingin dia rasakan sejuta kenikmatan dalam hembusan.
hujan pun tak
kian untuk berhenti, ia berisyaratkan akan tinggal lam disini. aku pun juga
merasa waktu yang lebih lama lagi untuk dapat menghitung berapa banyak tetesan
yang tergabung didalam nya. ia terlalu banyak untuk dicerna dalam setiap tetsan
nya.
bagaikan sebuah dalam tubuh begitu rumis kandungan unsur didalam nya, begitu banyak tujuan yang terdapat didalam nya. terdang terbesit pula dalam pikiran, apakah maksud kehandak semua ini. ia biarkan kebasan ini terus mengurungi setiap harian hidup ini.
bagaikan sebuah dalam tubuh begitu rumis kandungan unsur didalam nya, begitu banyak tujuan yang terdapat didalam nya. terdang terbesit pula dalam pikiran, apakah maksud kehandak semua ini. ia biarkan kebasan ini terus mengurungi setiap harian hidup ini.
oh, hujan,
engkau tak hanya memberikan ketengan bagi jiwa yang menengangkan nya. ataupun
kehendak lain yang menentang mu karena kehendak nya terhalang oleh datang mu.
meskipun ketika kau tak ada dipagi ini sungguh jauh aku dapat merindukan
ketenangan dalam menanti fajar dari Rabb ku. mengisahkan aku dikalau itu
tentang perkumpulan keluarga kecil saat itu. dimana masih terbesitnya canda
tawa yang menghiasi, peluk hangat perasaan yang menyelimuti dan tak akan bisa
diterulang lagi kesaksian saat itu dengan keadaan ku yang jauh disini.
pagiku yang
disambutkan oleh hujan dan bingkisan selimut dari seseorang yang telah
dikenang, mengharapkan kau dalam kerinduan yang begitu amat dalam. kasih cinta
yang tlah tak berubah wujud dengan kesunyian, candaan yang terganti dengan
celotehan belaka. diri ini yang begitu amat merindukan kepulangan nya, yang
malam begitu pekat dalam penyiksaan diri ini. tangisan yang tak terhindar lagi
untuk mendengarnya, suara-suara sumbang yang ku dengung kan serasa tak berguna
untuk mengiburku. yang ada hanya lah pilu luka yang termat mendalam.
hanya
mengaharapkan secercah kebahagiaan kini aku ingin banyak mereka tertawa
dilbalik kerut wajahku. tetap semangat mesipun sebaya itu kau begitu besar
kenistaan yang harus dipendam. sekali, duakali, tak lepas kali kau dapat
merasakannya lagi, bukan berarti aku mengingin kan prioritas kepadaku, namun
hanya sebuah bingkisan senyum yang menyelimuti bagian keluarga ini.
namun, yang
aku hanyut kan bersama tetsan air hujan ini adalah ketika aku tak mampu lagi
membersamainya, entah dalam keadaan seperti apa saat ini yang dirasakan.
walapun dalam benakku kebahagian nya yang ku ingin kan, tapi yang aku rasakan
hanya beban yang begitu besar yang terselimuti senyuman nya. ia betigu pandai
menenangkanku, ia begitu mengerti kepribadianku, bahkan ia begitu mengerti
dalam diam ku sendiri.
aku dan
pengharapanku yang selalu inginmelihatr dan membuat nya tersenyum dalam
bahagia nya.
0 komentar:
Posting Komentar