uzan

uzan



Dunia memang cepat berkembang, perkembangan tak bisa dihindari. Rasabya tidak bisa  membedakan mana yang benar dan salah. Karena standar baik buruk telah diganti dengan asas manfaat.. Entah mereka menyengaja atau karena kurang paham akan aturan dalam agamanya. Sehingga stadar halal dan haram yang sudah ditetapkan oleh Allah sudah tak berguna lagi.

Beberapa minggu yang lalau, kita telah melewati bagaimana pergantian tahun baru terjadi. Yang setiap tahun teru berulang. Namun, sayangnya semua terjadi tanpa meneliti manfaat lebih dalam apa yang terkandung didalamnya.  Lebih lagi untuk ummat muslim, seharusnya sudah bisa bersikap. Terlebih ajaran islam telah lengkap untuk seluruh perkara.
Anggapan mereka dunia telah berubah, islam tak layak lagi untuk menjadi pedoman, karena islam hanya pantas untuk jaman dulu, jamanya nenek moyang,  jaman kuno. Disamping itu, muslim juga sangat jauh dengan ajaran agamnya. Bagi siapa yang masih “beragamawan” itulah manusai kuno.
Agama islam yang telah jauh urusan manusia sehingga mampu mencapai puncak kejayaan hingga sampai sekarang belum ada yang mampu menandingi. Semua itu terjadi, karena ummat islam dahulu benar bisa memahami islam, bagaimana keseharian mereka harus sesuai dengan tuntunan islam.
Namun, sangat disayangkan untuk ummat isam masa kini, yang mampu memahi islam dalam bidang ibadah ritual saja. Selain itu, mereka mengganggap islam tak boleh mengatur urusan yang lain selain ibadah:  seperti politik, social, pendidikan, ekonomi dan segala macam urusan manusia.
Maka, kemuliaan islam hanya didapat ketika ia diterapakan seabagi aturan bagi manusia. Bukan dipilah-pilah sesuai yang dikehendaki manusia. Wajar jika islam telihat kejam karebna mereka hanya memandaang bagaimana hukum rajam bagi pezina. Mereka tidak melihat bagaiaman indahnya islam mengatur manusia dalam interaksi lain jenis.
Mereka lupa bagaimana kemuliaan manusia bisa dilihat bagaimana ia bisa menjaga diri agar tak mudah dibilang “murahan”, tentunya mampu meninggikan kemuliaannya jika seorang manusai mampu mengharga dirikan dirinya sesuai dengan kualitas ada.
Katakan saja ketika kita menjumpai makanan yang dipinggir jalan seperti gorengan. Lihat bagaimana makanan tersebut yang ditelakan begitu saja tanpa harus disusun rapi karena semua nya sama, dalam satu penggorengan. Tak perlu memakai bungkus yang rapi dan bungkus yang menarik, toh nanti juga bakan diobrak abrik sama pembeli. Satu di icip kalau ga enak yang tinggal ditaruh lagi. Harga nya pun sangar terjangkau.
Badingkan dengan makan yang ada didalam toko dimana seluruh makan didalamnya dibingkis dengan kotak yang indah, terjaga dari sumber kotoran yang mengurangi kualitasnya. Selanjutnya tak sembarang orang akan mudah mencicipi, kecuali ia telah membelinya. Tentu harganya tak sama dengan gorengan yang ada dipinggir jalan. Lebih dari itu, hanya orang plihan saja yang mampu membelinya.
            Islam adalah agama yang sempurna dan paripurna karena ajarannya berasal dari dzat yang maha sempurna. Maka, kita seharusnya mampu menerapkan islam sesuai porsinnya, adil gitu loohhh. . hhihihihi
Adil itu kebailkan dari dzalim. Adil itu menepatkan sesuatu pada tempatnya, menggunakan sesuatu sesuai fungsinya. Maka, untuk gunakan juga ayat-ayat al-qur'an sesuai fungsinya. Kalau mau bhs masalah sholat ya pakainya ayat-ayat tentang sholat. Jangan pakai ayat-ayat tentang puasa, itu namanya dzalim. Karena salah tempat untuk menggunakan ayat dalam suatu perkara.
Begitupula untuk masalah ekonomi, politik, budaya, pendidikan ataupun yang lain. Gunakan ayat sesuai dengan masalah yg ada. Itu baru nyambung. Selamanya islam g bisa menyelesaikan masalah politik, jika ayat-ayat yg dgunakan tentang puasa dan zakat. Islam punya cara-cara sendiri untuk menyelsaikan seluruh masalah ummat manusia. Asalkan ayat dan nas yg dipakai sesuai dengan masalah yang ada.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Fauzan MIftakhudin © 2013. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top