uzan

uzan



Oleh: Mush’ab Abdurrahman

Love is blind. Ya cinta itu buta, begitulah banyak orang menyebutnya. Lihat saja serial cinta pasangan selebritis tanah air kita, Krisdayanti rela melabuhkan bantera perkawinannya dengan Anang hermasyah akibat berselingkuh hanya untuk merebut cinta laki-laki kekar asal Timor Leste Raul. Lebih menghebohkan lagi Cut Tari yang sudah bersuami juga bermain belakang alias selingkuh dengan Ariel Peterpan yang berujung pada beredarnya video mesum mereka di internet beberapa bulan yang lalu ramai menghiasi infotainment di televisi.

Pelantun lagu-lagu lawas yang sudah tidak muda lagi yang juga kakak dari krisdayanti, Yuni Sara berhasil menarik ‘bronis’ alias brondong manis si Rafi Ahmad dengan terang-terangan saling menjalin cinta walau jarak umur mereka cukup jauh, mereka ungkapkan cintanya lewat single album terbaru mereka bertajuk 50 tahun lagi. Begitulah cinta kalau sudah buta. Namanya juga buta apapun diterjang demi cinta. Bodoh amat dengan namanya norma-norma, aturan, apalagi kata orang, semuanya cuek abis, yang penting enjoy aja di bahtera cinta.
Sangking butanya anak muda yang terperosok dalam lubang hitam kemaksiatan menganggap cinta adalah sex. Sex adalah cinta. Ich..Ngeri. Kalau cinta hanya dimaknai dengan sex, berarti kita telah merendahkan cinta itu sendiri. Berapa banyak remaja wanita yang masih belia rela melepaskan kevirginitasannya atau mahkotanya guna mengungkapkan rasa cintanya pada pacarnya. Itupun dia lakukan tanpa ada rasa bersalah, bahkan penuh “keikhlasan’ sebagai tanda cinta. Astaghfirullah!
Sahabatku, apa memang demikian sich? Cinta tidak selamanya buta. No way! Cinta itu bersih dan bersinar, secerah sinar matahari pagi. Tidak salah kalau ada yang mengungkapkan bahwa cinta adalah ungkapan perasaan hati untuk memiliki, mendapat perhatian dari seseorang yang kita cintai. Namun bukan berarti rela menenggelemkan kita dalam lumpur hitam kemaksiatan.


Kenapa ada Cinta?
Sahabatku, Nah sekarang pertanyaannya adalah kenapa rasa cinta itu ada dalam setiap diri manusia? Kalau dibuat sederhana lagi kenapa laki-laki tertarik kepada wanita, begitu sebaliknya. Apakah karena laki-laki itu tampan? Ataukah wanita itu cantik, seksi, bodynya oke? Ya, pastinya siapa sich laki-laki yang tidak deg-deg ser kalau lihat wanita cantik. Masalahnya kenapa ketertarikan ini muncul antara kedua belah pihak?
Jawabannya adalah, karena dalam diri setiap manusia sejak lahir dikarunia sexual instink atau naluri seksual (gharizah nau’). Naluri ini terpatri dalam diri manusia, mulai manusia pertama sampai manusia paling akhir kelak. Artinya tidak ada satupun manusia dimuka bumi ini yang tidak dikaruniai oleh Sang Pencipta Allah SWT berupa naluri seksual. Oleh sebab itu, naluri ini fitrah bagi setiap manusia. Nah, dari naluri seksual inilah sebenarnya manusia timbul rasa cinta kepada sesama jenis.
Naluri ini menumbuhkan dorongan (dawafi’) selanjutnya mewujudkan perasaan cinta. Berarti cinta itu fitrah. Jadi sebuah kewajaran bila ada seorang laki-laki berhasrat pada seorang wanita, begitupun sebaliknya wanita akan merindukan pria yang dia idamkan. Jadi persoalan fisik itu bukan menjadi faktor pertama adanya cinta. Ia hanya menjadi salah satu faktor kekuatan dorongan saja.
Karena ada orang yang mencintai bukan karena factor fisik. Gak percaya? Tengok saja orang tua kita atau kakek nenek kita masih awet cintanya walau umurnya sudah dimakan waktu, apalagi wajahnya sudah keriput dan rambut beruban. Mereka akan bisa bilang, umur boleh dimakan waktu tetapi cintanya tidak lekang dimakan waktu. Cie..
Anugerah terindah yang diberikan Allah berupa naluri sexual didesain dalam rangka untuk melangsungkan keturunan. Bumi yang telah berumur cukup tua ini sudah tidak terhitung lagi berapa jumlah penghuninya kalau diurut dari jaman Nabi adam sampai sekarang. Lahirnya manusia dimuka bumi, jelasnya tidak serta merta ada, tetapi melalui proses”panjang” adanya kelahiran bayi hasil hubungan antara laki-laki dan wanita. Hubungan dua insan itu muncul akibat adanya naluri sexual diantara keduanya terlepas hubungan itu halal atau haram.

Fitrah insaniyah ini telah ditegaskan oleh Sang Pencipta dalam Al-qur’an :

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاء وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللّهُ عِندَهُ حُسْنُ الْمَآبِ
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). (TQS. Al-Imran ;14)

Dalam kisah legendaris lainnya, diabadikan oleh Allah SWT mengenai terpesonanya Zulaikha melihat ketampanan Nabi Yusuf . Al-Qur’an mengisahkannya demikian;

فَلَمَّا سَمِعَتْ بِمَكْرِهِنَّ أَرْسَلَتْ إِلَيْهِنَّ وَأَعْتَدَتْ لَهُنَّ مُتَّكَأً وَآتَتْ كُلَّ وَاحِدَةٍ مِّنْهُنَّ سِكِّيناً وَقَالَتِ اخْرُجْ عَلَيْهِنَّ فَلَمَّا رَأَيْنَهُ أَكْبَرْنَهُ وَقَطَّعْنَ أَيْدِيَهُنَّ وَقُلْنَ حَاشَ لِلّهِ مَا هَـذَا بَشَراً إِنْ هَـذَا إِلاَّ مَلَكٌ كَرِيمٌ
Maka tatkala wanita itu (Zulaikha) mendengar cercaan mereka, diundangnyalah wanita-wanita itu dan disediakannya bagi mereka tempat duduk, dan diberikannya kepada masing-masing mereka sebuah pisau (untuk memotong jamuan), kemudian dia berkata (kepada Yusuf): "Keluarlah (nampakkanlah dirimu) kepada mereka." Maka tatkala wanita-wanita itu melihatnya, mereka kagum kepada (keelokan rupa) nya dan mereka melukai (jari) tangannya dan berkata: "Maha sempurna Allah, ini bukanlah manusia. Sesungguhnya ini tidak lain hanyalah malaikat yang mulia." (TQS. Yusuf;31)
Bahkan di ayat sebelumnya, Nabi Yusuf pun sebenarnya juga ada ketertarikan dengan Zulaikha, namun Allah SWT telah menyelamatkannya dari cinta terlarang itu, Berikut petikannya dalam Al-Qu’an:

وَلَقَدْ هَمَّتْ بِهِ وَهَمَّ بِهَا لَوْلا أَنْ رَأَى بُرْهَانَ رَبِّهِ كَذَلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ السُّوءَ وَالْفَحْشَاءَ إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلَصِينَ
Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusuf pun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tiada melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih. (TQS. Yusuf;24)
Begitulah faktanya, naluri sekual adalah salah satu dari sekian potensi kehidupan manusia. Saya sendiri tidak bisa membayangkan seandainya manusia tidak memiliki naluri sexual, pasti hidup ini tidak akan “color full”, hampar tanpa rasa. Bahkan kehidupan bisa punah.Gawat!! Alhamdulillah, untungnya tidak demikian. Naluri ini akan tetap ada selama kehidupan manusia masih “dikandung” bumi.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Fauzan MIftakhudin © 2013. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top