uzan

uzan

Kita adalah sebuah makhluk ciptaan yang mana di diwajibkan untuk tunduk dan patuh pada aturan yang sudah di tentukan oleh sang pencipta kita. Bukan berkehendah sesukanya, sebebas-bebasnya. Karena semua bentuk ciptaan memiliki kelemahan. Oleh karena itu, bagi manusia petunjuk dari sang pencipta sangat dibutukan untuk kelangsung hidup di dunia ini.
Lebih jauh lagi untuk penciptaan naluri melestarikan keturunan ini, Allah telah memberitahukan bahwa naluri tersebut diciptakan demi kelangsungan hidup manusia, Allah berfirman:

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. (TQS Al-Hujarat [49]: 13)
Dilanjutkan dengan surat An-Nisa, mengenai pasangan hidup baik laki-lai yang telah disediakan instri-istri untuknya, agar manusia dapat berkembang biak sesuai dengan yang diperintakhkan.
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu”. (TQS an-Nisa’ [4]: 1)
Dalam surat Al-hujarat diatas Allah telah menjelaskan kepada manusia bahwa setiap laki-lai dan perempuan telah diciptakan berpasang-pasangan. Lebih dari manusia telah dicitpaka dengan berbagai bentuk dan asal yang berbeda. Baik itu dari kulit hitam atau putih yang berasal dari bangsa yang berbeda. Dengan tujuan agar manusia dapat saling mengenal.
Namun, dibalik itu semua Allah juga menetapkkan siapa diatar yang meraka yang ditinggikan derajadnya, bagi siapa saja yang memiliki tingkat ketakwaan yang tinggi. Tentunya tingkatan tersebut diraih bagi umat islam yang menjalankan apa yang diperintahkan dan menjauhi laranganNya.
Manusia hidup tentunya tak bisa sendiri, Ia adalah makhluk social yang membutuhkan manusia yang lain. Terlebih menyalurkan rasa cinta kepada lawan jenis. Yang mana ini selalu menjadi hal yang tak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia.
Dengan kelemahan sebagai manusia yang membutuhkan sesuatu yang lain. Maka, tentunya ia juga memiliki kelemahan. Dengan kelmahan ini, dapat disimpulkan bahwa manusia bersifat terbatas. Dengan begitu dapat dipastikan Ia diciptakan dari sesuatu yang tidak memiliki kelmahan, tak terbatas dan mampu berdiri sendiri, tanpa bantuan sesuatu yang lain.
Inilah yang menjadi kebutuhan manusia akan seorang pencipta. Karena sejatinya mereka adalah makhluk ciptaan. Yang selalu membutuhkan aturan pakai dari manusia nya. Atau dengan kata lain sebuah petunjuk dari sang pentipta tentang apa tujuannya diciptakan. Yang kemydain menjadi podoman bagi manusia untuk melakukan segala aktivitasnya didunia ini.
Allah menciptakan manusia dengan 2 jenis, laki-laki dan perempuan. Agar mereka saling mengenal dan menjalin hubungan baik untuk dapat menjaga keturunan. Inilah jalanan silaturahim yang harus dijalani untuk dapat berhubungan baik sebagaiman yang harus dipahami manusia adalah makhluk social dan tak bisa hidup sendiri.
Apalagi jika kita berbicara tentang wanita, yang katanya seorang wanita sangat sensitif dalam dunia percintaan. Karena hatinya sungguh lembut, mudah tersentuh dengan hal yang berbau keharuan. Katanya hatinya yang sangat suka untuk dilambungkan, dirayu dan dimanaja, harapnya pada pujian. Meski semua itu tidak dilihatkan olehnya. Itulah ketika seorang perempuan bermain dengan hati. Beda dengan seorang laki-laki yang mengutamakan akal.
Cinta pada hakikatnya yang terpenting bukan apa dan bagaimana mereka itu menanggapi cinta yang datang silih berganti. Tetapi, bagaimana ketika cinta itu datang mereka mampu tetap bertahan dalam syari’at Allah, sang pemilik cinta. Inilah yang sering dilupakan. Sebuah cinta yang ia agungkan melenakan mereka hingga melanggar Syari’at yang sudah ditetapkan oleh Allah.
What is a Syari’at? Syari’at adalah sebuah aturan yang ditujukan untuk mengatur hidup manusia. Dari mulai permasalahan individu hingga ke permasalahan kenegaraan. Itulah syari’at Allah yang maha sempura. Hingga Allah sendiri pun menegaskan bahwa tidak ada permasalahan pun yang tidak dapat diselesaikan oleh islam. Lebih khusus untuk masalah hati dalam pecintaan.
Kemudian bagaiman jika melanggarnya? Kita misalkan dengan sebuah handphone, pasti setiap dari kita sudah mengenalnya bahkan memilikinya. Pernahkah kita ingat ketika membeli Handphone apa saja yang diberikan oleh si penjual? Si penjual tadi pasti juga akan memberikan seperangkat handphone yang berupa batre, changer, kabel data, dan yang paling penting adalah buku panduan.
Nah, buku panduan di sinilah yang menjadi pedoman bagi pembeli handphoe. Yang mana didalam buku tadi sudah dijelaskan secara komplit bagaimana cara menggunakan handphone dari mulai membuka dan memasang batre hingga  mengolah aplikasi. Semua sudah tercantum didalam nya. Itulah yang dinamakan aturan pemakaian HP
Sama seperti itu juga manusia, Ia juga memiliki buku panduan. Bagi seorang muslim sudah bisa disamakan buku panduannya adalah Al-qur’an. Permasalahan yang muncul dari sang pemilik HP tadi jika cara penggunaan nya tak sesuai dengan buku panduan yang terjadi adalah kerusakan pada komponen HP tadi.
Misalnya, dalam buku panduan dijelaskan bahwa “ Ketika HP  dalam keadaan di Changer, maka jangan di gunakan untuk menelpon”. Itu adalah sebuah larang yang mau tidak mau si pemilih HP tadi harus mengikuti, jika ingin komponen HP tadi tidak cepat rusak.
Apabila si pemilik HP melaggarnya, maka yang terjadi adalah batre yang tadi nya dalam keadaan normal akan menjadi menggelembung, atau sering orang bilang hamil. Selain itu pula daya tahannya akan berkurang.
Itu semua terjadi karena si pemilik HP melanggar aturan yang sudah dituliskan dalam buku panduan tadi. Sehingga batre yang awalnya di buat tahan lama akan cepat rusak, atau bahkan tidak layak untuk digunakan. Ketika ingin menjualnya lagi, pasti akan turun drastic. Jauh dari harga yang pada umumnya.
Seperti itulah manusia. Manusia adalah sebuah cintaan (produk) dari sang pencita, Ia pasti memiliki buku panduan, layaknya sebuah HP. Lantas apa sekarang buku panduan untuk manusia? Apakah UUD 1945? Yang dibuat oleh para penguasa saat ini?  pasti nya bukan.
Pertanyaan selanjutnya adalah apa kah pembeli HP itu yang membuat buku panduan atau pembuat HP itu yang membuat? Atau malah yang membuat adalah HP itu sendiri? sangat mustahil jika HP itu yang membuat buku petunjuk untuk dirinya sendiri.
Atau pembeli HP tadi? itu jauh lebih tidak masuk akal, bagiamana ia bisa membuatnya? Sedangkan Ia tak mengerti cara membuatnya. Sehingga kekurangn dan kelemahanya pun tak mungkin ia dapat menanganinya.
Ya, tentulah sang pembuat HP itulah yang membuat buku petunjuk untuk pembelinya tentang produk yang dibuat. Karena hanya pembuatlah yang tau bagaimana proses pembuatannya hingga mengetahui kelemahan dan kekurangannya, sehingga Ia memahami bagaiamana merawat dan menjaga kulitas agar sesuai standar yang telah ditetapkan.

Begitu juga manusia. Makhluk yang lebih canggih dari pada HP, yang juga bisa menciptakan HP yang produk  lainya. Ia juga tentu memiliki aturan dari penciptanya. Aturan itu sudah lengkap tertuang dalam Al-qur’an dan penjelasannya dalam As-sunnah.

Kitab (Al-qur’an) ini tidak ada keraguan didalamnya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa. (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan sholat dan menafkahkan sebagian rezki yang kami anugerahkan kepada mereka” (TQS. Al-Baqarah: 2-3).
Demikianlah seorang manusia, dituntun untuk mengukuti apa yang menjadi ketetapan baginya. Karena iman dalam pada islam sudah terpatri dalam hatinya. Iman ialah kepercayaan yang teguh yang disertai dengan ketundukan dan menyerahkan jiwa. Yang harus dilakukannya adalah mengerjakan apa yang dikehendaki oleh iman itu.

Sungguh aturan ini harus berasal dari yang menciptakan manusia, bukan dari manusia itu sendiri, seperti sudah terjadi. Mereka yang membuat undang-undang (aturan) untuk rakyatnya.
Dan hendaklah kamu memutuskan perkara diantar maereka menurut yang yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menhendaki akan menimpa mushibah kepada mereka disebabkan sebahagiaan doda-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanykan manusia adalah orang-orang yang fasik”. (TQS. Al-Maa’idah: 49)


Namun, yang ada remanja para pencinta malah melupakan apa tujuan dari ada rasa cinta itu, berpindah kepada keseangan semata, tak lebih mencari kesenangan fisik. Meraka berjalan dimuka bumi tanpa ada batas landasan dalam menjalani semunya. Seakan ia lah yang memiliki seluruh apa yang dilihatnya. Akibatnya ia merasa lupa akan kelamahan dirinya yang serba membutuhkan sang pencipta, untuk mengatur dan membentenginya agar tetap eksis dalam ekosistem kehidupan manusia.
Kita juga banyak mendengar kerusakan manusia akibat menyakit AIDS, dampak pergaulan bebas yang semakin marak. Penyakit seperti ini belum dijumpai obat penawarnya. Sehingga tak sedikit orang yang terserang penyakit seperti ini berujungkan pada kematian dan ancaman pada penerusan keturunan. 
Sangat mengerikan jika hal ini menyelimuti kaum muda yang mana mereka marak melakukan kegiatan yang mendekatkan ia pada penyakit AIDS ini. Seperti halnya free sex  dikalanga pemuda yang tidak lagi asing bagi kaca mata pemuda saat ini. sungguh tragis jika semua ini terus berjalan seperti ini. Sampai kapan kah? Mari mulai berbenah.
Maka jadikanlah cinta itu sebagai pondasi untuk meninggikan derajad kita sebagai manusia, yang dilebikan dari makhluk lainnya. Sebuah keharusan bagi setiap muslim meletakkan cinta tertinggi kepada Allah SWT. Dengan menjalankan seluruh syari’at-Nya, yang diturunkan kepada umat manusia, melalui lisan Rasulullah SAW.
Untuk itu, menjadikan Rasulullah SAW sebagai idola maupun tauladan, wajib setiap muslim diseluruh aspek kehidupan. Bukan hanya sekedar ibadah ritual dan akhlak saja. Agar kita tidak hanya mengaku umat Muhammad, tapi juga diakui sebagai umat-Nya.
Apa saja yang diberikan Rasul kepada kalian, terimalah; apa saja yang dilarang atas kalian, tinggalkanlah.” (TQS. Ali Imran [3]:31)

0 komentar:

Posting Komentar

 
Fauzan MIftakhudin © 2013. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top