Duhai
sosok, siapakah dia? Siapakah dia yang sudah membuat hati ini berdegup kencang?
Bahkan hanya dengan mendengar namanya saja, sudah membuat dunia lebih indah terasa. Benarlah rasanya,
kata-kata bijak, cinta tidak membuat dunia menjadi sempurna, tapi membuat dunia
sedikit lebih indah. Oh, cinta? Apakah yang saat ini kurasakan adalah cinta?
Kalau benar begitu, aku sangat senang.
Namun,
siapakah aku? Aku hanyalah seorang remaja biasa yang saat ini —kata
orang-orang— sedang jatuh cinta. Aku jatuh ke dalam perasaan yang begitu sulit
dideskripsikan dengan kata-kata. Mengapa sedemikian indah? Karena perasaan itu,
aku selalu tersenyum tiap hari. Entah apa pun yang terjadi padaku hari ini.
Bayangkan! Aku terlambat masuk kelas, dihukum untuk berdiri di depan pintu
selama tiga jam, hingga diejek oleh teman-teman sekelas karena salah membawa
buku. Ahh tak apa, aku tak peduli.
Aku hanya peduli, aku sedang jatuh cinta! Ahaaai!
Apakah
aku berlebihan? Tidak, kurasa takkan ada seorang pun yang akan berani
mengatakan aku berlebihan. Bukankah aku berhak mengatakan apa yang sedang
kurasakan? Aku jatuh cinta. Ya, aku jatuh cinta! Hal ini wajar ditemui pada orang
yang jatuh cinta, kupikir begitu. Wajar jika aku demikian, sebab perasaan ini
sungguh menyenangkan. Bahkan, sangat… menyenangkan.
“Hei,
apa yang kau lakukan?!” seseorang menegurku. Tiba-tiba aku tersadar dari
lamunan. Ya ampun, apa yang aku lakukan di sini sambil memegang sapu? Tidak!
Apa aku telah bermetamorfosa? Apa aku berubah menjadi ‘penyihir’ yang dikutuk
untuk bersekolah? Ahh… Aku lupa, bukankah aku sedang
melaksanakan piket kelas siang?
“Kau
baik-baik saja? Seinchi pun kau tak bergerak sejak tadi! Melamun ya? Nanti
kalau keseringan melamun kesemutan, loh!” tegur ketua kelasku yang tampaknya
mengamatiku sedari tadi.
“Apa
bang? Kesemutan?” tanyaku.
“Bukankah
kalau sering melamun akan kesurupan?” lanjutnya.
“Kesemutan
atau kesurupan?” tanyaku.
Ia
menjentikkan jarinya, “Yup! Maksudku itu…,” ujarnya seraya tersenyum.
“Oh,
tolonglah, ketua kelasku ini butuh konseling dari guru BK segera!” sanggahku.
“Jadi,
apa yang kau lakukan di sini?” tanyanya lagi.
“Maaf,
maaf…”
aku hanya tersenyum seraya mengatupkan kedua tanganku, memohon maaf, sementara
sapu yang di tanganku tadi pun jatuh. “Sebentar aku selesaikan.”To be next....
0 komentar:
Posting Komentar