Revolution of Love, sebagaimana judulnya
yang sekilas akan membahas tentang cinta, cintanya anak muda (pacaran, dsb). Pada
umumnya pembaca akan mudah sekali menebak, ujungnya buku ini mengarahkan pada
pernikahan. Jika anda berfikiran seperti itu, selamat, berarti anda belum
keluar dari area mainstream, karena insyaAllah, buku serial antalogi yang
pertama dan seterusnya memiliki misi untuk menghindari area “pinky”, sebenarnya
akan membrantas pembahasan tentang dunia pink itu sendiri, yang selanjutnya
akan diarahkan pada pola piikir. Lebih tepatnya mengarahkan alur cinta dari
ranah manusiawi/duniawi kepada cinta tertinggi, cinta masa depan yang lebih
abadi. Tak lagi memikirkan cinta kepada manusia, namun telah masuk pada cinta
pada apa yang ada dimasa depan, tentang kerinduan, tentang janji-janji Sang
utusan yang mulia (Rasulullah SAW), yang ketika mengenang beliau, berlinanglah
air mata ini. Tentang ummat yang saat ini telah terpuruk, perlahan demi
perlahan racun “pinky” “menyumbat’ kecerdasan para pemuda untuk mencari jati
dirinya.
Ya, begitulah. Ini hanya pengantar,
pemula, kalau dalam buku-buku besar, adalah prolog. Kalau mau cari intinya ya
harus mengikuti perjalanan seterusnya. Sampai menemui apa sebenarnya yang akan
diangkat. Saya katakan ini adalah misi besar, yang secara perlahan akan tetap
bertahan, dalam satu fase menuju fase yang lain, lebih utama, lebih greget
kedepan, sejatinya untuk posisi ummat yang sedang dalam keadaan terpuruk,
tertindas dan mengguncang jiwa. Pilu, segera ingin menyambut seruan.
Nah, itu sekilas saja, semoga susah untuk
dipahami, akhirnya merasa jengkel ingin cepat-cepat hengkang. Hahah, segitu
dulu untuk review seria antalogi ini, yang mungkin masih terkesan “pinky”.
Selanjutnya, maybe akan saya bagi mengenai, siapa dan apa dibalik Revolution of
Love.
Too much typo :-p
BalasHapushehe
BalasHapuskhilaf
BalasHapus