Hey
kawan! Apa kabarmu hari? Masih mampuan saat ini melihat, merasakan, atau bahkan
mengamati fenomen kondisi dunia saat ini. Masih hangat dalam perbincangan sore ini,
ketika dunia seakan gempar dengan tragedi paris. Ada apa dengan paris? Ya, bom
dari teroris (katanya), bagi mereka yang dirugikan, atau bahkan klaim duka yang
mendalam bagi pemilik kepentingan tertentu. Anggap saja ini bukan keacuhan bagi
sang perindu kedamainan. Tapi, lihatla sejenak, buka mata lebar-lebar,
tenangkan pada fikrah (pemikiran) yang dalam, pemikiran, tanpa berlumur rasa
angkuh atau merasa butuh dengan sesuatu.
Pertama,
seakan dunia saat ini sedang dalam keadaan genting, panik dengan pelanggaran
HAM atas lewatnya BOM diparis, hingga memakan korban berkisar 100 jiwa
meninggal dan sebagian lagi luka-luka. Ya, dunia begitu heboh memberitakan,
bahkan berbagai media social ikut latah dengan kejadian ini. Adil bukan? Ya,
memang harus begitu, sebuah gerakan kemanusiaan yang dunia berikan pada
“beberapa” korban di paris. Kita memang patut bersedih dengan kejadian ini,
sebagai rasa kemanusiaan.
Namun,
jika boleh adil, bolehkah kita menuntut hebohnya dunia akan bom yang belum
berhenti menghantam suriah, pertentangan di palestin. Iihat, biarkan hati
nuranimu bicara, abaikan dahulu kepercayaan akan agama tertentu. Dari sisi,
kemanusiaan, korban yang hanya beberapa ratus saja dunia berduka, dunia
memberitakan, lantas bagaimana korban-korban yang tak terhitungan di negri
palestin, suriah, syam ataupun yang lain, untuk mendapat hak dimata dunia,
dengan kepedulian dunia. Padahal, jumlahnya yang tak terbilang lagi, dengan
waktu yang lama, tak sekedar sehari ataupun dua hari, namun sudah masuk dalam
hitungan tahun.
Hhhmmmm,
sedikitpun aku tak pernah merasa heboh dengan dunia yang berlagak latah, dengan
kondisi paris saat ini, dengan korban yang ada, justru kedalaman hati, lebih
sakit ketika dibelahan Negara yang lain, nyawa sudah tak lagi berharga, mata
hati tak lagi terlihat. Pembunuhan yang belum mengenal kata tuntas, di Negri
itu, bahkan mereka merindukan belaian dunia dengan kata peduli dalam bingkai
pertolongan.
Ya,
butakah mereka, ketik jelas nampak darah membanjiri kaki? Butakan mata hati,
ketika ratusan nyawa manusia lebih berharga dibanding angka yang tak terhitung
lagi, bahkan terus tertambah, lebih dan lebih, setelah anda membaca tulisan
ini, angka-angka itu akan terus bertambah, sebagai golongan manusia yang
dipaksa menjumpai Rabb-nya, lantaran kebiadaban manusia yang telah tuli, hati
mereka yang telah mati. Kemana kita mengadu sebuah keadilan, sedang dunia ini
begitu kejam, selayaknya sayembara, siapa kuat dialah yang berkuasa, kelicikan
menjadi jalan yang biasa untuk dijalankan. Yah, begitulah, akhirnya, kaum yang
tertindas, siapa itu? Muslim, mereka, dan begitu bencinya manusia dengan cahay
islam, ya, merekalah yang berbau kemunafikan dan berbaju demokrasi.
0 komentar:
Posting Komentar